Selasa, 20 April 2010

Fenomena ”Sport Street” di Yogyakarta

Fenomena ”Sport Street” di Yogyakarta

Street Culture atau Budaya Jalanan akhir-akhir ini menjadi sangat fenomenal dan mendapat ruang tersendiri di kalangan remaja, khusunya remaja di kota Yogyakarta. Sebenarnya Street Culture ini memang identik dengan anak muda, kebudayaan ini pun senantiasa bergerak secara dinamis dan abstrak sehingga justru mendapat ruang dan daya tarik tersendiri bagi para pelakunya.

Tidak ada definisi khusus mengenai Street Culture, yang pasti ini adalah budaya yang mengisi ruang publik, dan terdiri dari berbagai aktivitas kaum muda dalam berekspresi, budaya ini hidup di jalanan dan bisa disaksikan langsung oleh masyarakat. Pada awal perkembangannya terutama di negara kita, Street Culture ini belum begitu banyak mendapat perhatian, bahkan para pelakunya pun masih dianggap sebagai sekelompok orang yang kurang kerjaan dan iseng belaka. Sangat berbeda dengan keberadaan Street Culture yang bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat di Eropa atau Amerika. Sesuai keadaan Indonesia yang sebagai negara berkembang, Street Culture pun masih berjalan menuju eksistensinya di mata masyarakat.

Yogyakarta yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia adalah tempat dimana Street Culture cukup berkembang baik. Anak-anak muda di kota ini sudah menunjukkan banyak respon positif terhadap keberadaan Street Culture dalam ruang publik. Mereka tergolong cepat dan aktif dalam menerima pengaruh budaya ini, salah satunya yaitu Sport Street yang merupakan bagian dari Street Culture. Beberapa contoh diantaranya adalah skateboard, parkour, BMX, basket, futsall, dan wall climbing. Skateboard yang pada beberapa waktu silam mungkin merupakan olah raga yang belum banyak diminati oleh para remaja di Yogyakarta, akan tetapi seiring perkembangannya olah raga ini pun mulai menjadi hal yang sangat familiar di kalangan remaja di kota ini. Beberapa acara skateboard competition pun akhir-akhir ini mulai marak diselenggarakan, seperti Viva la Balkot yang diadakan oleh komunitas skateboard di wilayah balai kota Yogyakarta. Acara tersebut berlangsung pada 7 November 2009 lalu yang kemudian disusul dengan Sleeve, skate for life yang berlangsung pada 5 Desember 2009 di Kridosono. Lockstok dan Kick Fest pun tak kalah baik dalam menyambut antusiasme para remaja dan pelaku olah raga ini, dengan menghadirkan skateboard ataupun BMX competition sebagai bagian dari acara mereka.

Komunitas pecinta olahraga ini pun sebenarnya tergolong ke dalam komunitas unik, karena disesuaikan keberadaan olahraga ini di tengah-tengah masyarakat. Tidak sedikit orang-orang yang masih menganggap skateboard misalnya hanya dengan sebelah mata. Hal tersebutlah yang sebenarnya menjadi salah satu kendala berkembangnya olahraga ini. Selain itu kendala lain yang dialami para pelaku olahraga skateboard ataupun BMX yaitu minimnya sarana dan prasarana yang memadai.

Futsall dan basket yang merupakan bagian dari salah satu Sport Street pun tak kalah hebat dalam menarik perhatian publik akhir-akhir ini. Bahkan tak tanggung-tangung, masyarakat dari seluruh lapisan dan tidak pandang usia ataupun jenis kelamin, laki-laki ataupun perempuan, muda ataupun tua, bahkan anak-anak banyak yang memberikan respon positif dari olah raga ini. Menjamurnya tempat-tempat futsal dengan segala fasilitas yang ditawarkan di Yogyakarta juga merupakan salah satu bukti bahwa olah raga ini semakin hari semakin banyak peminatnya. Berbeda dengan skateboard, futsall lebih cenderung menjadi olah raga rakyat yang sederhana. Olah raga ini tidak membutuhkan banyak biaya dan bisa dimainkan oleh hampir semua orang pada umumnya. Skateboard memang tergolong olah raga dengan biaya yang cukup banyak, semua komponen papannya ataupun segala hal yang dianggap mendukung permainan ini seperti sepatu ataupun alat-alatnya pun membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hampir semuanya adalah barang-barang dari luar negeri karena memang sejauh ini belum ada produk lokal yang mempunyai kualitas sama atau hampir sama dengan produk-produk skateboard dari luar negeri. Itu sebabnya pelaku olah raga ini masih belum sebanyak futsal atau basket. Komunitas pelaku olah raga ini pun agak sedikit berbeda, salah satunya dari segi penampilan, mereka memang cenderung sebagi penganut aliran Fashion Street yang juga merupakan salah satu produk dari Street Culture. Meskipun pada dasarnya setiap komunitas itu memang mempunya identitas sendiri-sendiri di berbagai hal, dan salah satunya fashion.

Sebenarnya Street Culture ataupun Sport Street adalah hal yang wajar. Tergantung bagaimana kita menanggapi dan memberi respon terhadap keberadaan budaya ini sebagai sesuatu yang baru dan membangun. Jadi tidak akan ada lagi pandangan atau anggapan buruk mengenai keberadaan Street Culture seperti rumor yang selama ini berkembang di masyarakat luas.


TO ANGGIT KUNTO :

YOU'RE MY GREAT INSPIRATION EVERYDAY! hahaha

sangar toh kowe ternyata? joss pokokke !

4 komentar: