
KKN UNIT 167 BOROBUDUR
Saya Astri, mahasiswi tahun ketiga jurusan Sastra Indonesia, anggota SUB UNIT SATU atau biasa disebut Pondokan Happy Family. . .
Menikmati matahari pagi di Punthuk Setumbu, menghabiskan senja di tengah megahnya candi Borobudur dan gagahnya Merapi, masyarakat yang baik, debu Merapi yang seolah menari-nari setiap hari disekitar kepala dan hidung kami tanpa malu, adalah segelintir hal yang menjadikan alasan mengapa kami sangat menikmatinya, inilah Kuliah Kerja Nyata. . .
Kemudian kami mulai bergerak, bersemangat, emosi. . . menggerutu. . .itu biasa, tetapi tertawa lepas itu yang selalu kami sebut tidak biasa, dan. . . beraroma cinta hahahaha. Setidaknya kami mulai terbiasa dengan hidup normal, sedikit terlepas dari mitos dan kenyataan yang selama ini menggerus rutinitas kehidupan kami, seperti ketidakmungkinan kami terlepas dari internet, surat kabar, televisi, dan insomnia. Tetapi disini. . . wow! Semuanya bisa terjadi dengan demikian mungkin tanpa basa-basi.
Masih lah sedikit beruntung kalau tiba-tiba sinyal modem kami bisa diajak bekerja sama atau sinyal provider kami baik dan bisa digunakan untuk membaca Time Line Twitter dari ponsel kami. Sekedar tau lah setidaknya, Nazarudin sedang dimana dan kenapa, pemerintahan SBY sedang bagaimana, Hari Anak dan Hari Pramuka itu kapan, atau. . . mendengar kabar Manchester United memenangkan pertandingan, kemudian kami tidur dengan jam normal, karena memang tidak ada alasan lagi untuk tidak tidur maksimal pukul sebelas!
Anak-anak yang berhati baik. . .
Setibanya akhir pekan sebelum puasa,setiap pagi. Anak-anak yang berhati baik itu tanpa segan-segan berteriak-teriak membangunkan kami, membuat kami membuka mata sebelum matahari terbang terlalu tinggi. Kemudian berpikir untuk kemana, dan senangnyaaa bisa mengalahkan matahari, sepagi itu kami sudah di atas bukit dengan nafas yang terengah-engah, dan keringat dingin yang tidak karuan. Tetapi imbalannya. . . kami bisa mengabadikan momen pergerakan sang surya. Mulai dari dia menggeliat malu-malu, sedikit merangkak ke ataas, dan yaaaaak dia sumringah di antara Merapi dan Merbabu. Borobudur pun bersolek sangat congkak dihadapan kami, wah. . . semakin sexy sekali :)
Dan yang selanjutnya membuat saya senang itu adalah Canon Moment. Sudah background nya oke, yang membidik dibelakang lensa bisa diandalkan, kualitas kameranya tidak diragukan, dan hasil jepretannya dibingkai dengan senyum merekah dan hati yang senang, so what else??? :D :D :D
Di siang hari, rutinitas selanjutnya yang dituggu adalah. . . menunggu anak-anak yang berhati baik itu pulang sekolah. Mengumpulkan mereka menjadi satu kelompok sedang (karena jumlahnya yang tidak banyak dan juga tidak terlalu sedikit). Lalu melepaskan mereka dari rasa malas menyelesaikan PR, memberikan pelajaran tambahan diluar pelajaran sekolah mereka seperti menyanyikan beberapa lagu berbahasa Inggris atau membuat papercraft :)
dan bercerita tentang banyak hal atau sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan jujur dan menggelitik dari mereka yang jumlahnya buaaanyak sekali. Kemudian yang tidak kalah penting itu ialah tidak pernah bosan mengingatkan mereka untuk jangan lupa menggosok gigi sebelum tidur, serta patuh kepada Tuhan dan orang tua, sounds great yaa :D
Ketika senja sudah menggoda untuk disapa di ufuk barat, lalu angin sore yang lembut membelai rambut dan wajah itu tandanya kami harus segera berlari ke lapangan dengan anak-anak yang berhati baik itu untuk bermain bola! Melepaskan masker dan celana jeans yang selama ini kami percaya bisa melindungi kulit kami dari panas dan debu Merapi, dan canda tawa pun pecah, tumpah ruah disana. Sampai adzan magrib berkumandang, itu tandanya selesai sudah hari bersama anak-anak yang berhati baik itu :)
Selamat Hari Anak, anak-anakku yang berhati baik. . .
Kami merayakannya dengan crayon, pinsil warna, kertas mewarnai, dan pasti Canon!
Mereka dikumpulkan, diberi keras warna, lalu diarak untuk menampilkan karya mereka didepan wisatawan asing, everybody saaaaaaaiiid “Spaghettyyyyyyyy” :D
“SELAMAT HARI ANAK NASIONAL 2011”
“HAPPY CHILDREN DAY 2011”
By: Canon
#bahagiaitusederhanabukan? :)
Ibu-Ibu dan Nata de Cassava :D
Kalo sudah berkegiatan jangan lupa makan!
Demikian dekatnya hubungan Ibu-ibu disini, hampir sama dekatnya dengan saya dan akun Twitter. Cukup menginspirasi beberapa kawan saya dari Teknologi pangan untuk berinisiatif membuat sebuah inovasi pangan yang berbahan dasar ketela tetapi “beda”. Tidak melulu Ceriping Ketela Pak Naim yang terkenal di seantero Desa Argomulyo (faktanya di setiap acara dan setiap rumah penduduk pasti punya persediaan ceriping ini lo), Jet Coolet atau getuk yang diiris tipis kemudian digoreng, Geblek, dan Kemplang (parutan kelapa dan ketela yang dibumbui kemudian digoreng).
Finally. . . Nata de Cassava pilihan terakhirnya!
Penyuluhan sudah.
Tantangan terberatnya menjawab pertanyaan dan meyakinkan bahwa kenapa ZA digunakan dalam proses pembuatannya dan ini aman loh Ibu-ibuuuuuu untuk dikonsumsi, and the last but not least terimakasih sudah mengikuti penyuluhan ini, percaya, dan mau kami dampingi untuk praktek bersama-sama :)
Mendampingi saudara, teman, dari berbagai penjuru dunia untuk jalan-jalan. . .
Hampir setiap hari, setiap sore kami berjalan mengelilingi dusun, mengenakan jas almamater, memasang senyum lebar-lebar dan dengan otomatis menyetel lidah agar berbicara dengan bahasa Inggris.
Daaann..
“Oke ladies and gentleman they are your friends from Gadjahmada University”
…………..
“Hay. . . Hello”
By: Canon
Bertemu dengan saudara-saudara yang hampir setiap hari dari Belanda, Belgia, Perancis, dan yang paling menarik. . . Suriname.
“Aku yo iso boso Jowo”
Hahahahaha. . . betapa menyenangkannya menemukan saudara jauh di belahan dunia lain bukan warga Negara Indonesia apalagi Warga Negara Jawa tetapi bisa berbahasa Jawa dan berkulit sawo matang seperti kita. Nice to meet you !
:)
Merdeka dan Bendera. . .
Kita sudah merdeka bapak-bapak, ibu-ibu. . . mari kita pasang benderanya bersama-sama.
“Mbak, kami tidak semua punya bendera, lagipula disini kami tidak terbiasa memasang bendera ketika Agustusan, saya punya tapi kalau pasang sendirian kan nggak enak dengan tetangga.”
OH MY GOD!!!! WHAT A …… !@#$%?*@#!
Lalu kami berinisiatif sendiri, terinspirasi ibu Fatmawati pada saat itu, melakukan hal yang sama. Membeli kain Merah dan Putih, memotong-motongnya menjadi beberapa bagian, menjahit dan, menggerakkan warga untuk bersama-sama memasangnya. Eh mereka menyusul dengan memasang umbul-umbul ceria karena penuh warna dan warna-warni, nah loh! Borobudur ceria!
Ini 2011 dan semoga kita benar-benar merdeka. Selamat Hari Merdeka . . .
:)
Ramadhan telah tiba. . . hatiiiku gembiraaaa. . .
Karena Ramadhan saya jadi terbiasa dan menyukai aroma kemenyan yang digunakan bapak-bapak disini sebagai campuran rokok mereka. Hmmm. . . aroma yang sangat familiar ketika sholat taraweh selesai.
Uniknya, para kaum laki-laki yang merokok itu, dengan otomatis akan meletakkan rokok mereka di asbak dekat pintu masuk masjid, dan dengan otomatis pula mereka akan mengambil separuh rokok yang sudah mereka matikan sementara itu kembali usai sholat tarawih tanpa keliru. Unik!
Kemudian kami akan duduk bersama di serambi masjid bersalam-salaman satu sama lain, lalu menikmati takjil dan mendengarkan kultum, dan aroma kemenyan. Syahdu sekali :)
Ramadhan hampir usai, demikian juga 167.
Tapi tidak dengan hubungan yang sudah kami jalin sesingkat ini. Apapun sebutannya, bagaimanapun ahirnya, kami tetap satu, bagian terkecil dari Indonesia yang Raya ini.
Salam taklim, ucapan terimakasih, dan air mata ini sudah tidak bisa tertahan di pelupuk mata bersamaan jatuhnya pelukan kepada orang-orang tercinta. Semoga kami bisa bertemu kembali di bulan Syawal :)
Borobudur, 18 Agustus 2011
nice mak! (◦ˆ⌣ˆ◦)
BalasHapus