Rabu, 21 April 2010

Tiga Titik Hitam

Tiga Titik Hitam!

Bimoli : “Hai J

Maxim_antilengket : “?”

Bimoli :”Boleh gabung?”

Maxim_antilengket :”yaa, asl pls?”

...

Yaahh... semuanya berawal hanya seperti itu. Saling menyapa, berkenalan, bercanda, terus dan terus. Biasa saja, standar! Selanjutnya Maxim dan Bimoli terlibat pembicaraan dan pembicaraan, hampir setiap hari, setiap malam, dalam dunia maya. Begitulah mungkin fenomena sebagian besar orang jaman sekarang bersama teknologi mereka. Menemukan orang baru, bahkan dekat, dan kemudian dan selanjutnya. Sudah bisa ditebak. Gampang, tanpa banyak bicara, hanya duduk berjam-jam di depan layar komputer mereka, dan bertemulah.

Dan tanpa terasa sudah tiga bulan pertemanan itu berlangsung, setiap malam, setiap hari. Mereka membicarakan diri mereka masing-masing, kehidupan mereka, dan semua dan semua tentang mereka. Dengan tulisan, yaa hanya dengan itu. Tidak pernah bertemu bahkan hanya sekedar untuk bertelewicara atau bahkan copy darat. Tapi anehnya aku nyaman-nyaman saja dengan hubunganku bersamanya, bahkan aku tidak peduli dengan perkataan orang lain, termasuk sahabatku sendiri, Lolipop. Semakin hari, aku semakin merasa sangat cocok sekali dengan Bimo. Dia yang kucari selama ini, yah! Aku menemukannya.

Namun tidak dengan sahabatku, Loli justru menganggap aku semakin hari semakin gila. Namun inilah yang aku tunggu-tunggu, aku dibuat gila, kegilaanku inlah yang justru menurutku telah membuat hidupku sempurna. Loli juga tau, sudah lama aku menunggu seseorang yang bisa meluluhkan kekukuhan hatiku. Heemhh, jika memang ini jalan Tuhan, kenapa tidak, aku juga tidak akan ambil pusing dengan pendapat orang, termasuk sahabatku, yang penting aku sudah merasa hidupku sempurna! Yah sempurna!

Bimoli :”So nice to meet you here dear.”

Maxim_antilengket :”Yess, me too, u make me perfect Bimo J

...

Begitulah, aku hampir tidak pernah kehilangan Bimo seharipun. Kami selalu menyempatkan diri untuk duduk berjam-jam di depan layar komputer, sampai mata dan jari-jari kamu lelah, bahkan tanpa sadar pagi sudah datang saja. Tapi,oh! Aku hampir lupa. Kemanakah Loli? Sahabatku yang selama ini menduduki posisi Bimo dalam hidupku. Aku melupakannya, yah melupakanya. Tapi maaf, dalam hal ini memang mungkin aku sudah egois denganmu sahabatku. Cepat-cepat kuraih handphone ku dan aku telepon dia.

“Hemmhh, kemana aja? Besok selesai jam kerja kita ngopi yuuk? Aku kangen nii sama kamu,hehe”

“Heemhh, numben aku kalah sama Bimoli kamu?”

“Aahh, suka gitu deh, oke see ya there!”

“Hehe, oke”.

Sore itu kami berbincang di kedai kopi langganan kami. Menceritakan banyak hal yang sempat terlewatkan karena kesibukanku dengan dunia baruku. Hingga akhirnya perbincangan kami berujung pada Bimoli.

“Kok baru ngerasa seolah-olah jatuh cinta dan merasa hidup sempurna baru sekarang? Sama Bimo yang notabene nggak jelas, cuman itu yang aku sayangin. Udahan aja deh, yang wujudnya nyata masih banyak loh.”

“Dari awal kamu nggak suka banget deh kayaknya.”

“Maxim sayaaang, masih banyak hal yang harus kamu tahu, jangan terbawa suasana. Sesempurna apapun dia di matamu dan menyempurnakan hidupmu sekarang. Ketemu deh sekali-kali.”

Perbincangan kami semakin membuat mood ku sore itu berantakan. Aku hanya ingin menikmati hidup menjadi manusia normal seperti sekarang. Bisa jatuh cinta! Beberapa hari selanjutnya aku sudah tidak bertemu lagi dengn Lolipop, kami sudah sibuk dengan dunia kami sendiri-sendiri. Aku merasa semakin sibuk dengan maksud di setiap perkataan Lolipop tentang kondisiku sekarang, tapi...sudahlah, aku hanya ingin menikmatinya. Meskipun aku sadar ada banyak juga benarnya perkataan dan perhatian sahabatku itu. Aku juga kenapa selama ini tidak pernah berusaha untuk bertemu dengan Bimoli. Rasa penasaranku semakin menjadi-jadi saja, aahh... akan aku coba.

Maxim_antilengket : ”Kayaknya kita perlu ketemu deh, sekali-kali aku penasaran sama kamu boleh dong J

Bimoli :”Boleh, i feel so baby J

...

Selanjutnya kami menetukan tempat dan waktu yang tepat. Untuk bertemu dan melanjutkan semuanya. Semakin merasa sempurnalah dunia imajinerku dengannya. Menjadi kenyataan dan sesempurna yang ada dalam dunia kami berdua. Hingga pada suatu sore dimana hari penentuan kesempurnaanku datang, aku menyambut hari itu dengan luar biasa. Seperti perasaanku dengan dunia imajinerku selama ini. Aku masih merasa sehat, dan...normal! Yah, seperti itu. Sahabatku pun tak lupa aku bagikan kebahagiaanku hari itu.

“Selamat yah Maxim. Akhirnya hari ini datang juga. Pesanku, siapkan dirimu baik-baik. Itu saja. Aku hanya ingin melihatmu bahagia.”

Aku hanya menyambut kata-katanya dengan senyum dan pelukan hangat. Kemudian aku melangkah mantap menuju tempat dimana aku akan bertemu dengan Bimo.

Lebih dari satu jam ...

Aku sudah hampir bosan menunggunya. Aku juga terlalu bodoh, selama ini aku bahkan tidak pernah tau nomor teleponnya apalagi dimana Bimoliku tinggal meskipun dia mengaku masih satu kota denganku. Hanya mengandalkan Yahoo Messenger, yah aku terlalu percaya pada aplikasi itu rupanya. Sudah lebih dari satu jam aku menunggunya dan teaap tidak ada tanda-tanda kehadiran Bimo, aku pun hanya bisa menunggu tanpa bisa berusaha apapun. Hingga akhirnya yang justru datang menghampiri mejaku adalah Lolipop, dia duduk dan mengulurkan tangannya sambil tersenyum, dan akupun menyambut uluran tangannya, dan dia pun berkata,

“Bimoli. Panggil aja aku Bimo. Maxim, maaf ya, akulah Bimolimu selama ini.”

Awalnya aku pikir itu hanya bercanda, tapi dalam ketercenganganku aku jadi percaya, apakah benar apa yang ada di depanku ini adalah orang yang dartadi aku tunggu? Hingga beberapa menit kemudian aku hanya terbelalak sambil terus menjabat tangannya. Pikiranku berkecamuk. Inikah ujung kesempurnaanku? Bimo yang sudah membuatku merasa hidup menjadi orang yang normal? Bimo yang selama ini aku anggap sebagai seorang laki-laki imajiner paling sempurna dalam hidupku. Masihkah aku ini normal? Bimo yang sudah berhasil membuatku setiap hari memikirkannya, pernah membuatku merasa sangat jatuh cinta? Bahkan aku sendiri pernah dibawa Bimo mencapai sebuah titik orgasme paling sempurna dalam hidupku, ternyata adalah seorang perempuan? Sahabatku sendiri? Inikah ujung kesempurnaanku?

Kemudian, Loli melepaskan jabatan tangannya, tersenyum kemudian meninggalkan aku setelah mengecup keningku. Loli pergi tanpa sepatah katapun, pergi begitu saja. Tinggal aku sendiri bersama pikiranku. Hingga akhirnya aku menarik kesimpulan. Inilah jawaban dari kegelisahanku juga dengan kata-kata Loli waktu itu.Sedangkan Bimoli, dia tetaplah tiga titik hitam dalam hidupku, tidak terdeskripsikan, abstrak. Akhirnya, sahabatku Lolipop adalah Bimo yang sesungguhnya. Aku tidak peduli dengan kenormalanku atau bahkan kesempurnaanku, aku sudah egois ternyata. Bahkan sampai-sampai aku sendiri masih kesulitan menafsirkan apa maksud ini semua, semuanya abstrak, dan hilang begitu saja.

Keesokan harinya, aku sudah tidak menemukan Lolipop, dia dan Bimo menghilang. Aku sudah tidak bisa menemukan kembali jejaknya. Rumahnya kosong, dia sudah pindah dari tempat kerjanya, dan semua nomor teleponnya sudah tidak ada yang bisa dihubungi. Yah! Mereka menghilang ... Sedangkan aku, terombang-ambing dan terseok-seok sendiri menafsirkan apa maksud ini semua, semuanya abstrak, tanpa makna ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar